Minggu, 23 Agustus 2009

Pandangan Atas Hari Hari Penciptaan

Oleh Eben Matalu

Pendahuluan
Dunia yang begitu teratur dan begitu mengagumkan ini ada karena dicipta oleh Tuhan. Pernyataan ini didasarkan pada kesaksian Alkitab di bagian paling awal. Tetapi ketika kita memikirkan penjelasan mengenai penciptaan dunia ini dalam Kejadian 1, yang menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya dalam waktu enam hari dan kemudian beristirahat pada hari ketujuh, muncul berbagai penafsiran mengenai hari-hari tersebut. Ada pandangan yang menafsirkan bahwa hari-hari dalam pekan penciptaan adalah hari-hari biasa yang lamanya dua puluh empat jam. Ada pula yang menafsirkan bahwa hari-hari itu adalah satu periode waktu yang lamanya tidak bisa ditentukan secara pasti. Selain itu, ada juga pandangan yang melihatnya sebagai Hipotesis Kerangka Kerja, yaitu sebuah karya sastra yang memakai unsur-unsur puisi untuk menyusun penciptaan berdasarkan topik, bukan berdasarkan urutan atau kronologi (Hoffecker dan Smith: 2008, hal. 52). Dari berbagai pandangan ini, pandangan manakah yang lebih Alkitabiah sehingga bisa menjadi pegangan bagi kita di dalam memahami karya agung Allah Tritunggal? Pertanyaan inilah yang coba hendak dijawab melalui tulisan ini.
Karena karya penciptaan adalah peristiwa sejarah, maka waktu merupakan unsur yang mutlak diperlukan ketika kita menafsirkan hari-hari penciptaan. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, saya hanya akan memfokuskan pembahasan pada dua pandangan, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa hari-hari dalam pekan penciptaan adalah hari-hari biasa (Pandangan Literal) dan pandangan yang mengatakan bahwa hari-hari dalam pekan penciptaan adalah suatu periode waktu yang sangat panjang, yang tidak bisa ditentukan secara pasti (Pandangan Hari–Zaman). Pembahasan tulisan ini akan mencakup penjelasan tentang kedua pandangan tersebut dan analisis untuk melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Pernyataan Posisi Kedua Pandangan
Pandangan Literal
Pandangan ini menyatakan bahwa tiap-tiap hari yang disebutkan dalam Kejadian 1 adalah periode literal berisi dua puluh empat jam. Di samping itu, masing-masing hari yang dua puluh empat jam itu dilaporkan secara kronologis, sehingga selama dua puluh empat jam pertama Allah menciptakan terang, pada hari yang kedua cakrawala, dan seterusnya, sampai genap penciptaan setelah enam kali periode dua puluh empat jam. Karena itu, cerita Kejadian 1 bisa dipahami sebagai sejarah (Hoffecker dan Smith: 2008, hal. 50).

Pandangan Hari-Zaman
Menurut pandangan ini, kata Ibrani yom yang diterjemahkan sebagai hari, dipahami merujuk kepada suatu tenggang waktu yang panjang, dan bukan periode literal dua puluh empat jam (Hoffecker dan Smith: 2008, hal. 51).
Analisis Atas Dua Pandangan Ini
Pengertian istilah Yom
Istilah Ibrani yom yang diterjemahkan sebagai hari mempunyai beberapa pengertian dalam PL. Yom bisa dimengerti sebagai hari secara literal, yang lamanya dua puluh empat jam. Tetapi kadang-kadang, kata ini dimengerti juga dalam pengertian yang lain, misalnya: (1) siang hari yang berbeda dengan gelap (Kej. 1:5,16,18), (2) siang dan malam sekaligus (Kej. 1:5,8,13), (3) keenam hari itu sebagai satu kesatuan (Kej. 2:4), dan (4) suatu jangka waktu tak tertentu yang ditandai oleh ciri-ciri khusus, seperti kesulitan (Mzm. 20:1), murka (Ayb. 20:28), kesejahteraan (Pkh. 7:14) (Berkhof: 1993, hal. 287).
Tetapi arti dasar dari kata yom itu sendiri menunjuk kepada hari dalam pengertian biasa. Dan sesuai dengan aturan yang benar dalam eksegesis, arti dari kata itu tetaplah arti dasarnya, kecuali bila konteksnya menghendaki penafsiran yang lain.
Kejadian 1 adalah tulisan Musa dalam bentuk narasi yang menceritakan bagaimana Allah menciptakan dunia ini dan segala isinya. Dalam bagian ini, tidak ada konteks yang mengharuskan kita untuk menafsirkan istilah yom sebagai hari dalam pengertian lain selain dari hari secara literal.

Frase “Jadilah Petang dan Jadilah Pagi”
Dalam pekan penciptaan, mulai hari pertama sampai hari keenam, selalu diakhiri dengan satu frase yang menunjukkan kerangka kerja waktu, yaitu “jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ke ....” Berkhof mengatakan, “Penulis Kitab Kejadian tampaknya ingin mengikat kita dalam tafsiran harfiah dengan cara menambahkan anak kalimat ‘jadilah petang dan jadilah pagi’. Setiap hari itu menyebutkan hanya satu petang dan satu pagi. Jikalau hari-hari itu adalah satu periode waktu yang panjang, maka tidak mungkin hanya menyebut satu petang dan satu pagi.”

Relasi Hari Penciptaan dengan Hukum Keempat
Dalam penjelasan tentang Hukum Keempat dari Sepuluh Hukum, dikatakan, “... enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; ... Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Kel. 20:8-11). Dalam bagian ini, umat Israel diperintahkan oleh Tuhan melalui Musa untuk bekerja selama enam hari dalam pengertian literal (enam kali dua puluh empat jam) dan beristrahat pada hari ketujuh (satu kali dua puluh empat jam). Berdasarkan apakah umat Israel diperintah untuk bekerja selama enam hari dan beristrahat satu hari? Menurut ayat ini, berdasarkan pola di mana Tuhan bekerja dan beristrahat/Sabat. Jikalau enam hari ketika Tuhan bekerja bukanlah hari dalam pengertian literal, maka seharusnya hal itu tidak bisa dijadikan pola bagi umat Israel untuk bekerja dan beristrahat. Tetapi justru karena itu merupakan pola yang Tuhan pakai ketika bekerja dan beristrahat, maka orang Israel diperintahkan untuk bekerja dan beristrahat dengan mengikuti pola tersebut.

Kesimpulan
Setelah kita menganalisis kedua pandangan di atas, maka berdasarkan eksegesis yang tepat atas istilah yom, indikasi dari frase “jadilah petang, jadilah pagi”, dan hubungan hari-hari penciptaan dengan perintah Tuhan kepada umat Israel untuk bekerja selama enam hari dan beristrahat pada hari ketujuh, maka pandangan literal, yang mengatakan bahwa hari-hari penciptaan adalah hari-hari biasa yang lamanya dua puluh empat jam, lebih dapat diterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar