Sabtu, 08 Agustus 2009

Ordo dan Otoritas

Ordo dan Otoritas

Muriwali Yanto Matalu

Tuhan Allah menciptakan segala sesuatu dengan suatu tatanan yang tertib dan teratur. Semua itu diciptakan menurut ordo atau urut-urutannya masing-masing, lih Kej. Pasal 1 dan 2. Kita melihat adanya keteraturan dan ordo yang jelas dalam segala hal, mulai dari Diri Tritunggal sampai kepada seluruh ciptaan. Di dalam Tritunggal tatanan dan ordonya jelas, yaitu Allah Bapa kemudian Allah Anak dan Roh Kudus. Tiga pribadi Allah, yang berada dalam satu hakekat, setara dalam kuasa dan kemuliaan, namun memiliki urut-urutan dan fungsi yang jelas.

Di dalam diri manusia juga ada tatanan dan ordo yang jelas, misalnya saja tubuh kita. Kepala memiliki tempatnya tersendiri di dalam tubuh begitu juga anggota-anggota tubuh yang lainnya. Semuanya begitu tertib dan teratur sesuai dengan urutan dan fungsinya masing-masing. Hal ini juga kita bisa lihat pada sebatang pohon, mulai dari akar, batang, cabang, carang dan daun serta buah. Sangat rapi, tertib, sesuai dengan posisi dan kegunaannya masing-masing.

Jadi, kebenaran bahwa Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dengan tatanan dan urut-urutan yang jelas, tertib dan teratur, merupakan kebenaran yang tidak terelakkan.

Alkitab berkata kepada kita bahwa masuknya dosa ke dalam kehidupan umat manusia, (lih. Kej. 3), menyebabkan tatanan dan ordo yang sudah diciptakan Tuhan menjadi rusak.

Secara ordo, Allah Pencipta berada pada posisi tertinggi dari segala ciptaan. Setelah itu, posisi kedua ditempati oleh manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, (Kej. 1:26), dan yang terakhir ciptaan lain,

baik binatang-binatang di darat, air, maupun udara, serta tumbuh-tumbuhan.

Tetapi setelah kejatuhan, Allah disamakan dengan patung-patung dari kayu atau emas atau

perak, yang seharusnya itu adalah ciptaan yang paling rendah. Suami sesuai dengan ordonya adalah kepala keluarga, tetapi oleh karena dosa, maka banyak isteri-isteri yang menyerobot kepemimpinan suami. Tanah, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang seharusnya untuk kepentingan hidup manusia yang digunakan sesuai dengan tatanan yang Tuhan tetapkan, namun sekarang dieksploitasi dan digunakan untuk memuaskan nafsu yang rakus dari manusia. Inilah kerusakan ordo yang diakibatkan oleh dosa.

Kaitan Antara Ordo dan Otoritas

Ordo sangat berkaitan dengan otoritas. Sebuah ordo atau tatanan yang teratur membutuhkan suatu otoritas yang mengendalikan dan menjaga keteraturannya.

Otoritas berarti sebuah wewenang atau kuasa atas sesuatu.

Otoritas yang asli dalam pengertian yang mutlak hanya dimiliki oleh Tuhan sedangkan seluruh otoritas yang ada pada ciptaan bersifat derivatif atau diturunkan oleh Tuhan Allah pemilik otoritas tertinggi. Jadi seluruh otoritas atau kuasa yang ada pada manusia dalam dunia ini, dan juga yang ada dalam dunia roh yaitu dalam dunia malaikat maupun setan adalah berasal dari Tuhan.

Penting untuk diperhatikan bahwa otoritas Lucifer dan pengikut-pengikutnya, sebelum kejatuhan mereka, dipakai untuk melayani Tuhan. Namun setelah kejatuhan mereka, otoritas atau kuasa tersebut dipakai semata-mata untuk menantang Tuhan dan menciptakan segala kekacauan di dalam dunia ini. Namun asal mula otoritas mereka adalah dari Tuhan karena setan merupakan ciptaan.

Louis Berkhof berkata bahwa kita juga bisa membicarakan otoritas manusia yang asli dalam pengertian yang relatif. Otoritas ini adalah otoritas yang di dapat langsung dari Tuhan. Misalnya otoritas orang tua terhadap anak-anaknya.

Namun, ada juga otoritas yang tidak asli, yaitu yang tidak langsung berasal dari Tuhan. Misalnya otoritas seorang kepala bagian tertentu dalam satu lembaga, di mana otoritas itu berasal dari direktur. Selanjutnya Berkhof juga membedakan antara otoritas yang bersifat jabatan dan yang bersifat moral, (baca, Louis Berkhof dan Cornelius Van Til, Dasar-Dasar Pendidikan Kristen).

Otoritas jabatan adalah otoritas atau kuasa seseorang oleh karena jabatan yang dipegangnya. Misalnya, seorang direktur perusahaan memiliki otoritas berdasarkan jabatannya. Otoritas ini memiliki kekuatan secara hukum dan menuntut ketaatan penuh dari orang-orang yang berada di bawah otoritasnya.

Otoritas moral adalah otoritas yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan kemampuan, kecakapan dan kemuliaan karakternya. Otoritas seorang dokter kepada kita adalah berupa otoritas moral. Jika kita sakit, kita tidak wajib atau harus berobat kepada dokter tertentu, karena berobat ke dokter merupakan pilihan yang bebas. Kita bebas memilih salah satu dokter menurut kemauan kita. Tetapi jika kita ternyata setia berobat kepada salah satu dokter tertentu, atau katakanlah dia menjadi dokter pribadi kita, maka sebenarnya dokter tersebut sudah menjadi dokter kepercayaan kita. Mengapa kita percaya kepadanya? Jawabannya adalah bahwa sang dokter memiliki kemampuan atau kecakapan yang kita akui dan terima sehingga kita mempercayakan diri kepadanya untuk berobat. Jadi kita sebenarnya sudah menundukkan diri secara sukarela kepada otoritas dokter tersebut. Inilah yang disebut sebagai otoritas moral.

Menata Hidup Sesuai Ordo dan Otoritas

Kita melihat sekarang bahwa terjadi begitu banyak kekacauan ordo dan ketiadaan otoritas di dalam segala bidang hidup kita.

Di rumah, anak-anak tidak sulit di atur. Isteri yang menurut Alkitab harus tunduk kepada suami (Ef. 5:22; Kol. 3:18; I Pet. 3:1), sulit untuk untuk menundukkan diri dan suami kehilangan otoritas atas keluarganya. Di sekolah, guru-guru memimpin dan mengajar tanpa otoritas, sedangkan murid-murid memberontak. Di gereja, Hamba Tuhan kekurangan ototiras ketika berkhotbah, mengajar dan memimpin sedangkan banyak jemaat sibuk membicarakan kejelekan Hamba Tuhan.

Semua ini terjadi oleh karena kita sudah merusak ordo dan tidak mengindahkan otoritas yang Tuhan sudah tempatkan di atas kita. Marilah dengan rendah hati, kita menata hidup kita sesuai dengan ordonya dan mau menundukkan diri secara sukarela kepada otoritas yang Tuhan sudah tempatkan di atas kita; terutama dan terpenting, tunduklah kepada Tuhan dan Firman-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar