Sabtu, 08 Agustus 2009

Cacat Teori Evolusi

Cacat Teori Evolusi

Muriwali Yanto Matalu


Tulisan ini, secara khusus membahas secara singkat mengenai teori penciptaan seperti yang diajarkan Alkitab, lalu kemudian menilai dan mengkritisi cacat filosofis teori evolusi.

Alkitab mengajar kita bahwa dunia ini diciptakan oleh Tuhan Allah. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kej. 1:1). Sebelum diciptakan, dunia ini tidak eksis atau belum berada, dan baru memiliki eksistensi setelah diciptakan oleh Tuhan Allah. Penciptaan itu bersifat creatio ex nihilo (create out of nothing), yakni diciptakan dari tidak ada menjadi ada.

Penciptaan itu juga bersifat teratur, di mana Tuhan menciptakan galaksi-galaksi termasuk tata surya kita dengan teratur. Ini dibuktikan oleh perputaran benda-benda angkasa yang sangat tertib dan tidak menimbulkan tabrakan atau kekacauan. Makhluk hidup juga diciptakan dengan teratur, yakni diciptakan menurut jenisnya masing-masing (lih. Kej. 1:11-13, 20-25). Karena makhluk hidup sudah diciptakan menurut jenisnya masing-masing, maka tentu kita tidak mengenal apa yang namanya perpindahan atau pertukaran jenis (species).

Jika Tuhan telah menciptakan segala sesuatu, dengan tertib dan teratur, serta memelihara keberlangsungan alam semesta ini, maka apakah

teori evolusi memiliki tempat di dalam teologi Kristen? Jawaban bagi pertanyaan ini harus tegas.

Teori evolusi sama sekali bertentangan dengan ajaran Alkitab.

Beberapa ahli teologi Kristen percaya bahwa teori penciptaan benar, tetapi teori evolusi juga ada benarnya. Itu sebabnya mereka menggabungkan kedua teori tersebut dan berkata bahwa Tuhan menciptakan dunia ini melalui proses evolusi. Namun teori ini adalah teori yang sangat miskin dan sangat sulit untuk dipertanggungjawabkan.

Pertama, jika Tuhan Mahakuasa, maka tindakan mencipta adalah semudah membalik telapak tangan. Jika demikian, mengapa harus mencipta melalui proses evolusi?

Kedua, kita tidak mendapati dukungan Alkitab sama sekali, bahwa Tuhan menciptakan dunia melalui evolusi. Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan menciptakan dunia selama 6 hari. Jadi, teori penciptaan melalui evolusi tidak mendapat dukungan teologis dari Alkitab.

Mari kita melihat kelemahan-kelemahan teori evolusi. Teori evolusi percaya bahwa segala sesuatu berevolusi dari bentuk yang paling sederhana menuju kepada bentuk yang lebih baik. Manusia misalnya, berkembang dari binatang-binatang yang sederhana, lalu berkembang menjadi binatang yang lebih kompleks, lalu kemudian menjadi monyet dan akhirnya menjadi manusia. Jadi, perubahan ini adalah sebuah perubahan yang bersifat progresif secara perlahan-lahan menuju kepada bentuk yang lebih baik atau lebih canggih.

Secara khusus, saya ingin memberikan kritik filosofis terhadap teori evolusi dan ingin mengungkapkan cacat logika dari teori ini.

Pertama, teori evolusi gagal di dalam menjelaskan asal mula alam semesta. Jika kita bertanya mengenai asal mula alam semesta kepada mereka yang berpegang kepada teori evolusi, maka jawaban favorit mereka adalah teori big bang, di mana terjadi ledakan besar dalam alam semesta ini, yang menjadi asal mula segala sesuatu. Di samping teori big bang, masih ada teori spekulasi lain seperti teori bintang kembar dan teori kabut nebula, tetapi yang umum diterima adalah teori big bang.

Ravi Zacharias, seorang pembela iman Kristen, pernah bertanya kepada pemegang teori big bang, mengenai apakah yang mendahului big bang? Dan biasanya jawaban mereka adalah sebuah keadaan yang disebut sebagai singularitas (black hole) yang dipercaya menggambarkan alam semesta sebelum terjadinya big bang. Apakah artinya singularitas? Menurut pemegang teori big bang, singularitas adalah suatu keadaan di mana hukum-hukum fisika tidak berlaku. Jika singularitas itu diartikan sebagai keadaan di mana hukum-hukum fisika tidak berlaku, maka kata Ravi Zacharias, secara teknis titik tolak mereka tidak ilmiah, (baca Ravi Zacharias, Jesus Among Other Gods, Pionir Jaya, hal.96). Maksud Ravi di sini adalah, jika singularitas adalah keadaan di mana hukum-hukum fisika tidak berlaku, maka keadaan itu adalah keadaan yang tidak ilmiah, karena kalau mau ilmiah, seharusnya hukum-hukum fisika berlaku. Itu sebabnya teori mereka mengenai singularitas yang merupakan titik tolak big bang adalah tidak ilmiah.

Cara lain untuk menyerang teori big bang adalah sebagai berikut. Jika singularitas adalah keadaan di mana hukum-hukum fisika tidak berlaku, maka dari mana asal ledakan besar tersebut? Bukankah ledakan itu mengasumsikan bahwa hukum-hukum fisika sedang bereaksi? Teori ini melanggar hukum non kontradiksi (non contradiction law). Pernyataan hukum ini adalah, jika sesuatu adalah A, maka tidak mungkin menjadi B pada saat yang sama, dalam relasi yang sama dan dalam pengertian yang sama. Contoh, Seekor babi di kandang tidak mungkin adalah sekaligus seekor tikus pada saat yang sama, dalam relasi yang sama dan dalam pengertian yang sama.

Mengatakan bahwa terjadi ledakan besar (hukum-hukum fisika bereaksi) yang berasal dari suatu keadaan yang disebut singularitas (hukum-hukum fisika tidak berlaku) adalah sama dengan mengatakan bahwa pada saat yang sama hukum-hukum fisika berlaku dan sekaligus tidak berlaku. Inilah kontradiksinya. (Untuk memahami argumen ini, bacalah beberapa kali).

Lalu apa argumen kita tentang teori penciptaan yang kita yakini? Argumen kita adalah, ada Allah yang maha kuasa yang menciptakan semua ini. Titik tolak kita sangat jelas. Karena Dia adalah Allah yang maha kuasa dan tidak terbatas, maka logis sekali jika dia menciptakan dunia yang terbatas ini. Argumen ini kelihatan sangat sederhana, namun ini adalah proposisi yang sangat logis dan kuat.

Kedua, teori evolusi tidak bisa menjelaskan permasalahan mata rantai yang hilang (missing link) dalam makhluk hidup. Sebagai contoh, jika manusia itu berasal dari monyet, maka di manakah bentuk peralihan dari monyet yang menuju kepada bentuk manusia? Kita belum menemukan bentuk peralihan seperti itu sekarang ini. Eugene Dubois, pada tahun 1891 menemukan Manusia Jawa yang nama ilmiahnya adalah pithecanthropus erectus (manusia kera yang berjalan tegak). Namun penemuan ini tidak memberikan jawaban apa pun mengenai permasalahan missing link. Penemuannya, bukan sebuah penemuan fosil manusia secara komplit, namun hanya sebuah tulang tengkorak, sebuah tulang paha dan beberapa buah gigi. Berdasarkan temuan tersebut mereka merekonstruksi pithecanthropus erectus. Tentu, penemuan ini sangat meragukan, lagipula sangat mungkin tulang-tulang itu berasal dari tulang-tulang orang hutan.

Ketiga, teori evolusi gagal menjelaskan asal mula aspek moral manusia. Jika manusia berasal dari monyet, sedangkan monyet jelas tidak mempunyai aspek moral - tidak tahu apa itu baik dan jahat - berarti aspek moral sekonyong-konyong timbul setelah monyet berkembang menjadi manusia. Jika demikian, maka dari manakah aspek moral yang tiba-tiba muncul tersebut? Pemegang teori evolusi yang mempercayai adanya aspek moral dalam diri manusia, tentu kebingungan menjawab pertanyaan ini. Namun pemegang teori evolusi yang ateis akan menjawab bahwa aspek moral tentang apa yang baik dan jahat dalam diri manusia itu tidak sungguh-sungguh ada.

Tahukah saudara cara melumpuhkan keyakinan bodoh ini? Gampang sekali. Orang-orang seperti itu, hanya perlu satu ujian, yakni hentikan seluruh aktivitas mereka dengan paksa, lalu masukkan ke sebuah kamar dan kuncilah kamarnya. Jika mereka ternyata protes (saya yakin mereka pasti marah) dan mengatakan bahwa kita telah bertindak jahat terhadap mereka, maka kebohongan mereka terbongkar dengan sendirinya. Marah dan protes, merupakan bukti mereka mempercayai adanya tatanan moral mengenai kebaikan dan kejahatan dalam hidup ini, karena faktanya mereka menghendaki kita memperlakukan mereka dengan baik. Lalu, kebohongan macam apa yang mereka katakan, bahwa aspek moral tentang yang baik dan jahat dalam diri manusia tidak ada?

Saudara, aspek moral dalam diri kita sungguh-sungguh ada, dan Alkitab berkata bahwa Tuhan yang telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26), memberikan aspek moral kepada kita.

Inilah kelemahan-kelemahan teori evolusi, dan kita dapat menyimpulkan bahwa teori ini sebenarnya memiliki cacat logika dan filosofis yang tidak sedikit. Dari segi teologi Kristen, teori evolusi sama sekali tidak mendapat dukungan Alkitab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar