Senin, 07 Desember 2009

YESUS YANG TETAP SAMA

Oleh Warisman Harefa

Pendahuluan
Tiada yang lebih indah bagi orang-orang percaya menyambut perayaan Natal pada bulan Desember ini kecuali merenungkan keagungan pribadi Yesus yang tidak berubah. Sifat-Nya yang tetap sama menunjukkan keunikan diri-Nya yang berbeda dari siapapun tokoh-tokoh besar yang pernah muncul di dunia ini. Mungkin kita bertanya, bagaimana kita memahami bahwa Yesus tetap sama? Untuk mengawali topik ini, alangkah baiknya kita harus memiliki asumsi yang tepat bahwa ketika orang-orang Kristen mengakui bahwa Yesus tetap sama, itu bukan hanya suatu iman tetapi juga suatu proklamasi (pemberitaan). Kenapa ini penting? Ketika saya memikirkan hal ini semakin dalam, semakin saya menyadari bahwa suatu hal yang kontradiksi jika seseorang mengklaim bahwa ia tidak percaya pada sesuatu tetapi ternyata mengikatkan diri pada apa yang tidak dipercayainya itu. Dengan demikian, apabila kita menemukan kontradiksi dalam diri seseorang, itu menunjukkan kepalsuan dalam cara berpikirnya. Pandangan ini membawa kita pada arah yang sebaliknya, bahwa seluruh tindakan atau kebiasaan kita, diarahkan oleh pra-anggapan kita, atau sering disebut oleh para teolog sebagai: ’iman”. Inilah tepatnya, titik awal dan akhir dari cara pandang seseorang dalam memandang sekelilingnya dan bagaimana ia mengkonsepkan serta memberitakan apa yang diimaninya itu. Ronald Nash menyimpulkan hal ini, ”iman kita memiliki berita penting mengenai seluruh aspek kehidupan umat manusia yang harus dikabarkan. Jika seorang kristen telah mengerti secara sistematis bahwa pandangan-pandangan di luar Kekristenan juga merupakan wawasan-wawasan dunia, mereka akan memiliki posisi yang lebih baik untuk memberikan alasan secara rasional mengapa mereka memilih Kekristenan”.
Untuk membawa kita lebih maju menghayati keunikan sifat Tuhan Yesus yang tidak berubah ini, akan semakin melengkapi perenungan kita melihat iman dan proklamasi penulis kitab Ibrani yang memuat pengetahuan iman dari jemaat rasuli. Bunyinya sebagai berikut: ”Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). Konteks pengakuan iman jemaat ini mengimplikasikan bahwa pembaca surat ini terancam bahaya meninggalkan atau mengubah Yesus Kristus. Penulis mengingat bahaya ini merevitalisasi kebenaran sejati bahwa Yesus tidak berubah. Perubahan terhadap identitas Yesus mempertaruhkan identitas kekristenan sebagai orang-orang percaya yang dipanggil oleh Allah Tritunggal melalui Yesus Kristus. Sangat penting sekali ajaran ini bagi orang percaya untuk mengingatkan bahaya yang sedang mengancam identitas Kristus dan juga mengingatkan diri sendiri untuk memikirkan Yesus Kristus yang sama dengan cara yang sama walaupun dalam situasi, lingkungan, pikiran manusia yang berubah-ubah. Disinilah Yesus Kristus menempuh sejarah-Nya dalam tindakan umat Kristen mengkonseptualkan serta membahasakan imannya kepada Yesus Kristus yang tetap sama itu.

Pergeseran Paradigma Terhadap Yesus Kristus Dalam Sejarah
Jika kita kembali melihat masa lalu, usaha-usaha untuk mengubah Yesus begitu banyak. Usaha-usaha ini dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu: Pertama, yang mempersoalkan ke-Allah-an Yesus, dapat dilihat dalam beberapa aliran seperti: Adoptionisme, Arianisme, Socianisme. Kedua, yang mempersoalkan ke-Manusia-an Yesus, dapat dilihat dalam beberapa aliran seperti: Doketisme dan Apollinarisme. Ketiga, yang mempersoalkan hubungan kedua sifat Yesus, dapat dilihat dalam beberapa aliran seperti: Eutychianisme dan Nestorius.
Pada abad ke-19 dan 20 aliran Liberalisme muncul dan berusaha untuk mengubah Yesus. Aliran ini menolak segala hal yang bersifat supranatural termasuk ke-Allah-an Yesus. Walau mereka mengakui Yesus Kristus adalah Allah tetapi hanya dalam arti bahwa Ia memiliki pengetahuan yang sempurna tentang Allah dan dipersatukan dengan Allah dengan ketaatan moral-Nya. Pada dasarnya, Ia tidak berbeda dengan manusia kecuali dalam hal moral.
Pada masa kini, bangkitnya pluralisme agama-agama yang bercita-cita membangun dunia utopia, sangat tidak senang dengan Kristologi ortodoks. Eka Darmaputera menegaskan bahwa dogma-dogma yang bersifat ortodoks ini mutlak diperbaharui, karena teologi harus mengikuti perkembangan sejarah. Dengan kata lain, seluruh klaim-klaim kekristenan merupakan produk kebutuhan gereja pada zaman tertentu dan waktu tertentu. Maka, ketika melihat situasi Indonesia yang memiliki kemajemukan agama klaim-klaim ini tidak memadai lagi. Ciri-ciri orang Kristen yang memunculkan keberatan terhadap klaim finalitas Kristus sebagai suatu hasil pengaruh dari ’Shock of Similarity’. Dalam buku ”Mitos Keunikan Agama Kristus”, Paul F. Knitter melihat pengaruh ini sebagai suatu jembatan penyeberangan, yaitu pada waktu mereka menemukan prinsip-prinsip moral tertentu di dalam tulisan-tulisan non-Kristen, misalnya ungkapan etika Kong Hu Cu dan etika Kristen: jangan perlakukan orang lain dengan cara yang engkau sendiri tidak ingin orang lain memperlakukanmu. Mereka juga menemukan gagasan inkarnasi dari lord Ishvara dalam pribadi Krishna dari tradisi Hindu yang dicatat dalam buku suci mereka Bhagawadghita; versi Budha dan Islam dari ”Persaudaraan semua manusia. Kecenderungan perelativan keunikan kekristenan menjadi lebih diterima di kalangan kekristenan. Untuk mencapai tujuan yang disebut ”kebersamaan dalam damai” orang-orang yang memperjuangkan ”Teologi Religionum” lebih rela mengorbankan iman mereka.
Dari usaha-usaha manusia yang mencoba mengubah Yesus Kristus, maka Kristologi merupakan salah satu ajaran penting Kristen yang harus direvitalisasi. Seperti yang diproklamasikan oleh penulis Ibrani, ” Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini sampai selama-lamanya”. Mungkin yang menjadi pertanyaan kepada kita, dimana letak kesamaan Tuhan Yesus kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya, jika Ia sudah berinkarnasi dalam rupa manusia dan sekarang sudah duduk di sebelah kanan Allah Bapa? Sebelum melihat hal ini lebih jelas, ada baiknya kita awali pengertian ketidakberubahan itu. Dalam studi theologi, ketidakberubahan (atau sama artinya dengan Yesus tetap sama) didefenisikan sebagai Yesus Kristus tidak berubah dalam keberadaan-Nya, kesempurnaan, tujuan dan janji-Nya, namun Ia bisa bertindak dan merasa secara berbeda dalam situasi yang berbeda. Dari defenisi ini, ketika kita mengimani Yesus tetap sama berarti tidak sama dengan Yesus dalam keadaan yang mandeg. Sorotan yang sangat penting memahami ketidakberubahan Yesus adalah keberadaan-Nya karena hanya dengan fakta bahwa jika Yesus tetap sama dalam keberadaan-Nya, menegaskan perbedaan antara Pencipta dan ciptaan. Dan hanya dengan penegasan bahwa Yesus tetap sama dalam keberadaan-Nya akan mengakibatkan ketidakberubahan dalam kesempurnaan, tujuan dan janji-Nya. Oleh sebab itu, untuk memahami Yesus yang tetap sama adalah tetap dengan memahami keberadaan-Nya yang unik sebagai Allah-Manusia sempurna. Kajian ini juga akan menjawab usaha-usaha manusia yang mencoba mengubah Tuhan Yesus, yang kecenderungannya hanya dua, yaitu: pertama, ada yang hanya mengakui kemanusian-Nya. Kedua, ada yang hanya mengakui ke-Allah-an-Nya

Keberadaan Yesus Yang Tetap Sama
Bila berbicara keberadaan yang tetap sama, maka itu hanya tertuju kepada keberadaan yang supranatural. Kita tahu bahwa hukum ini melanggar hukum-hukum natural, dimana segala sesuatu berada dalam proses yang terus-menerus dan hanya perubahan itu sendiri yang tidak berubah. Tetapi ketika kita diperhadapkan terhadap keberadaan Yesus yang tetap sama kemarin, sekarang dan selama-lamanya, hanya satu pengakuan terhadap-Nya bahwa Ia adalah Allah yang tanpa dibatasi oleh waktu. Ada banyak penegasan logika terhadap pengakuan Yesus sebagai Allah dalam pertentangan hukum ini. Pertama, jika segala sesuatu adalah proses dan jika tidak ada sesuatu yang kekal, maka sesungguhnya kita tidak pernah mengetahui adanya perubahan itu sendiri. Kedua, perubahan itu sendiri tidak mungkin terjadi jika tidak ada yang tidak berubah.
Begitu banyak penjelasan penulis-penulis Alkitab menyaksikan pribadi Yesus. Berita ini sangat kuat dan akurat karena bukan hanya Perjanjian Baru yang menyaksikan-Nya tetapi ada suatu kesinambungan kesaksian Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru tentang pribadi Yesus. Kesinambungan kesaksian Alkitab ini akan menunjukkan kebenaran perkataan penulis Ibrani bahwa Yesus tetap sama baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr 11:8). Kesinambungan yang sangat menentukan disini adalah bahwa keberadaan dari Pribadi Kedua Allah Tritunggal ini tidak berubah, sekalipun masa inkarnasi bahkan pada kedatanganNya kedua kali, hanya Pribadi Kedua ini yang hanya mengenakan dua natur Allah-manusia walaupun natur manusia-Nya memiliki perbedaan kualitas pada masa pra-inkarnasi, masa inkarnasi, dan masa kedatangan-Nya kedua kali. Dari judul ”Yesus Tetap Sama” kita akan mengkaji secara sederhana tentang kesinambungan keberadaan Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal, baik natur Allah dan juga manusia-Nya yang unik.

1. Masa Pra-Inkarnasi
Masa pra-inkarnasi adalah keberadaan Yesus sebelum berinkarnasi. Sesungguhnya, Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan Yesus telah ada sebelum inkarnasi bahkan sebelum dunia dijadikan. Memang dalam Perjanjian Lama nama Yesus tidak pernah muncul tetapi bahwa keberadaan pribadi kedua dari Allah Tritunggal ini, selalu menjadi pusat pemberitaan seluruh sejarah Perjanjian Lama. Ada lebih satu pribadi di dalam ke-Allahan, kita sekali lagi menemukan perbedaan antara Jehovah sebagai utusan, seorang perantara dan Jehovah sebagai Dia yang mengutus, antara Bapa dan Putera, yang merupakan pribadi-pribadi yang kedudukan dan sama kekalnya.” Untuk memahami perbedaan ini dengan jelas, deskripsi Alkitab memberi penjelasan yang akurat. Dijelaskan oleh Allah sendiri bahwa seluruh kesaksian Alkitab mulai dari Musa, seluruh para nabi dan Mazmur hanya berpusat kepada Yesus sendiri (Lukas 24:44).
Hal ini dapat dipahami dalam setiap kali Allah datang kepada manusia, nama Malaikat Tuhan dan Tuhan sendiri dipakai silih berganti pada pribadi yang sama. Dengan mengetahui bahwa Malaikat Tuhan adalah Tuhan sendiri, maka dapat melihat kesinambungan antara penampakan Allah dalam Perjanjian Lama yang mengambil wujud manusia sementara dengan Yesus dalam Perjanjian Baru dengan mengambil natur manusia sempurna. Yohanes 1:18, “ tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Dari ayat ini, sesungguhnya seluruh perjumpaan manusia dengan Tuhan dalam Perjanjian Lama adalah perjumpaan dengan pribadi kedua Allah Tritunggal yaitu Yesus yang berinkarnasi. Penampakkan diri Allah kepada manusia dikenal dengan “theophani”. Perjumpaan pribadi Allah dengan manusia mengimplikasikan bahwa Allah mengenakan natur manusia walaupun bersifat sementara. Tetapi hanya dengan pengakuan ini maka perjumpaan-Nya dengan Abraham, Hagar, Musa, Elia serta pergulatan-Nya dengan Yakub adalah peristiwa yang real. Maka, dapat disimpulkan bahwa Theophani selalu menunjuk penggenapannya kepada Allah yang berinkarnasi di tengah-tengah dunia.

2. Masa Inkarnasi
Kata inkarnasi berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua kata: in, artinya di dalam dan carnal, artinya jasmaniah, badaniah. Jadi, inkarnasi diartikan masuk ke dalam jasmani atau daging melalui kelahiran-Nya dari perawan Maria. Kelahiran-Nya ini diawali oleh pemberitaan malaikat, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah” (Luk 1:30). Inkarnasi Yesus ini merupakan pengajaran Kristen yang sangat penting. Karena hanya dengan memahami kelahiran supranatural-Nya maka seluruh kepribadian, pekerjaan-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga merupakan hal yang mungkin. Atau dengan kata lain, hanya melalui inkarnasi saja Pribadi Kedua dapat memenuhi syarat sebagai Penebus, yang pada satu sisi adalah Allah yang sejati dan pada sisi yang lain adalah manusia yang sejati.
Pada penjelasan keberadaan Yesus pada masa pra-inkarnasi sebenarnya sudah memberitakan kepada kita tentang ke-Allah-an Yesus karena Malaikat Allah dalam PL adalah Yesus dalam PB. Namun pertanyaan yang muncul, apakah Yesus setelah berinkarnasi ke-Allah-an-Nya berhenti atau berkurang? Untuk menjawab hal ini, Alkitab memberikan uraian yang sangat akurat tentang keunikan keberadaan-Nya. Pertama, kedatangan-Nya telah dinubuatkan jauh sebelumnya. Mulai dari janji pertama di taman eden (Kej 3:15) yang disebut “protevengelium” dan seluruh pemberitaan para nabi (Luk 24:44). Ini semua menunjukkan bahwa Yesus yang datang itu adalah Allah yang menyelamatkan manusia. Tak ada satupun nubuatan tentang diri-Nya yang tidak tergenapi kecuali kedatangan-Nya kedua kali. Kedua, Yesus memiliki nama-nama Ilahi: Allah dan Tuhan, untuk menunjukkan bahwa Ia adalah pencipta langit dan bumi dan segala isinya, Mahakuasa dan Pemelihara atas ciptaanNya (Yohanes 1:1-3) dan menunjuk kepada Yahweh dalam Perjanjian Lama. Banyak nama-nama lain yang diberikan kepada-Nya yang menunjukkan bahwa Dia adalah Allah. Yesus berkata bahwa sebelum Abraham jadi, Dia telah ada (Yoh 8:58), ini menunjukkan kekekalanNya. Atau dalam ungkapan-Nya yang terkenal “Aku adalah” dalam Injil Yohanes: roti hidup (6:35), terang dunia (8:12), pintu (10:7), gembala yang baik (10:14), kebangkitan dan hidup (11:25), jalan dan kebenaran dan hidup (14:6), dan pokok anggur yang benar (15:1) yang diidentifikasi sejajar dengan ungkapan dalam Perjanjian Lama Aku Adalah Aku. Dan ungkapan nama Yesus yang sangat kuat adalah Aku adalah Alfa dan Omega (wahyu 1:8) yang menunjukkan keberadaan-Nya yang kekal yang setara dengan Allah. Ketiga, Yesus memiliki sifat-sifat Ilahi: Ia Mahatahu (Mar 2:8; Luk 7:36-50 Yoh 1:47, 4:17-18, 5:42, 6:64, 21:17). Ia Mahakuasa atas kematian, setan, dan alam (Yoh 4:50, 5:8, 9:6; Mat 8:3, 13, 15-16, 9:6,22, 28-30; 12:13; 14:36; 15:30;20:34, Mar 7:35, 8:23-25, Luk 13:13, 14:4, 17:14-19, Luk 7:15, Yoh 11:43, Mat 8:32, 9:33, 12:22, 15:28; 17:18; Luk 13:16, Mat 8:26, 14:19-21; 15;36-39; 21:18-20; Yoh 2:7-8). Ia kekal (Yoh 1:1,8:58; Luk 20:41-44). Ia Mahahadir (Mat 18:20; 28:20). Ia menerima penyembahan (Mat 2:2; 28:9; 28:17).
Gelar Yesus sebagai “Anak Manusia” sudah membuktikan bahwa Dia adalah manusia yang sempurna. Perjanjian Baru dengan jelas sekali mencatat pertumbuhan dan perkembangan Yesus. Yesus mengalami hukum pertumbuhan yang umum (Lukas 2:40). Ia mempunyai kebutuhan seperti manusia biasa: lapar, haus, tidur, dan lain-lain (Matius 4:2; 8:25). Yesus mengalami penderitaan (Ibrani 2:10,18). Dalam belajar dan mengenal kemanusiaan Yesus, harus diingat walaupun Ia adalah manusia sempurna tetapi Ia tidak berdosa seperti kita. Yesus Kristus memiliki kesempurnaan moral dan integritas.

3. Setelah Kenaikan-Nya Ke Surga Sampai Selama-Lamanya
Keadaan Kristus setelah naik ke surga sampai kedatangan-Nya kedua tidaklah dijelaskan oleh Alkitab secara detail. Hal ini berkaitan dengan kenyataan peristiwa kenaikan ke surga sampai kedatangan-Nya kedua merupakan komplemen penting dan kelengkapan kebangkitan. Berbicara dengan kenaikan ke surga sampai kedatangan-Nya kedua merupakan unsur penting dalam memahami keadaan pemuliaan Kristus. Hanya memahami keadaan Kristus yang dimuliakan mulai dari kebangkitan sampai kedatangan-nya dalam kemuliaan, kita bisa mendiskusikan keberadaan-Nya yang tetap sama.
Pembukaan Kisah Para Rasul, Lukas menggambarkan peristiwa kenaikan Yesus ke surga yang disaksikan oleh murid-murid-Nya (Kis 1:9-11). Kenaikan Yesus ke surga dapat diterangkan sebagai peristiwa yang kasat mata sampai awan menutupi-Nya dari pandangan mereka. Menurut Wayne Grudem menjelaskan peristiwa ini sebagai fakta bahwa Yesus memiliki tubuh kebangkitan sebagai tubuh yang hadir pada tempat tertentu pada waktu tertentu . Narasi kenaikan Yesus ke surga ini menunjukkan kepada kita bahwa Ia tetap memiliki dua natur dalam satu pribadi, kecuali bahwa natur itu sekarang berubah menuju kepada kemuliaan surgawi dan dengan sempurna disesuaikan dengan kehidupan sorgawi. Hal yang tak dapat disangkal adalah bahwa kenaikan Yesus Kristus memberikan kebenaran yang tidak dapat diubah tentang peristiwa sejarah tentang kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian. Dan juga menunjukkan bahwa Yesus bukanlah berasal dari dunia ini. Hanya yang datang dari surga yang tahu jalan kembali ke surga sehingga kenaikan Yesus ke surga menunjukkan bahwa Ia adalah Allah (Yoh 14:1-14).

Kesimpulan
Yesus Kristus adalah tetap sama, ini merupakan pengakuan iman orang percaya dan sekaligus pemberitaan kepada orang percaya kepada dunia. Ketidakberubahan keberadaan-Nya merupakan keunikan yang menunjukkan bahwa Ia adalah Anak Allah yang diutus sebagai satu-satunya Juruselamat. Oleh sebab itu, setiap orang percaya boleh gagal dalam melaksanakan mandat Allah, gereja boleh mengalami perubahan oleh perubahan zaman, tetapi Kristus yang tetap sama akan tetap tegak karena ke-Allah-an-Nya tidak bergantung pada pengakuan subjektif orang percaya. Maka, panggilan bagi setiap orang yang memahami ketidakberubahan Yesus ini adalah agar kita memikirkan Dia dengan cara yang sama walaupun kita sering mengalami perubahan.

Warisman Harefa, M.Th. (cand) adalah dosen STT SALEM Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar